Suryo Sumirat Menjaga Tradisi

Tak salah kiranya jika Solo dikenal sebagai kota
budaya. Selain memiliki banyak peninggaian
sejarah berupa bangunan lawns yang
menyimpan banyak kisah, Solo juga menyimpan
banyak seni tradisi dan budaya



Terjaganya peninggalan-peninggatan adituhung ini tentu tak tepas dari peran warga yang setia menjaga jati diri kola. Seperti yang ditakoni Yayasan Suryo Sumirat, yayasan binaan Pura (keraton) Mangkunegaran, Solo. Tanpa kenal letah, mereka terns berupaya melestarikan seni tari yang dulu pernah menjadi hiburan bagi para raja maupun kalangan rakyat biasa.

Jangan kaget jika penari di Suryo Sumirat, sebagian besar tercatat sebagai penari kerajaan atau penari Langen Praja. Tugas utamanya tak main-main, membawakan tari-tarian sakral milik Pura Mangkunegaran.

Sejarah sanggar taxi ini dimutai pada tahun 1982. Pencetus ide pendirian sanggar tari ini adalah Gusti Pangeran Haryo (GPH) Herwasto Kusumo, adik kandung Sri Paduka Mangkoenagoro IX, raja di Pura Mangkunegaran. Saat itu, yayasan yang hingga saat ini menggunakan komplek Pura Mangkunegaran sebagai tempat latihan ini lebih cenderung mengajarkan tari-tari kreasi baru yang banyak berkiblat pada sanggar tari Swara Mahardika pimpinan Guruh Soekarno Putra.

Setelah sepuluh tahun berlatu, GPH Herwasto meneturkan ide untuk menggali serta mempelajari kembali tari-tari klasik yang di masa itu pernah populer. "Sejak itu tari klasik mulai dipelajari. Tidak hanya oteh para remaja. Tapi juga oleh kalangan anak-anak," kata Joned Sri Kuncoro, Ketua Harian Yayasan Suryo Sumirat.

Menurutnya, peserta didik di sanggar tari ini tidak hanya berasal dari kalangan keturunan bangsawan. Tapi, hampir semua pendaftar yang dianggap memenuhi syarat dan memiliki bakat diterima dan dilatih. Dan kini, Suryo Sumirat tetah memiliki tebih dari 400 anak didik.

Joned mengatakan, selain menari di acara kerajaan Pura Mangkunegaraan, para penari dewasa di Yayasan Suryo Sumirat juga sering diundang untuk unjuk kebolehannya di berbagai daerah. Baik untuk menari klasik, atau yang modern. "Biasanya di acara-acara resmi oleh kalangan swasta. Tapi kebetulan bukan saya yang ngurus. Ada manajemen Lain. Saya lebih banyak terlibat ke tari klasik," kata Joned yang juga salah satu pengajar di Institut Seni Indonesia (ISI ) Solo ini.

Wayang Bocah

Saat ini, di Solo memang banyak berdiri sanggar tari. Hanya saja, sanggar-sanggar tari itu lebih banyak mengajarkan tari-tari untuk penari dewasa. Baik tari modern, klasik, atau kontemporer. Sanggar Tari Suryo Sumirat mungkin satu di antara sedikit yang mengajarkan tari untuk anak-anak dan dewasa sekatigus. Bahkan khusus taxi anak, yayasan ini tetah menelorkan sebuah mahakarya yang kondang disebut
dengan Wayang Bocah.

Sesuai dengan namanya, karya ini merupakan pengejawantahan beragamcerita atau lakon di pewayangan. Lebih tepatnya, karya ini adalah wayang orang yang semua lakonnya diperankan oleh bocah-bocah berusia di bawah 13 tahun.

Joned mengatakan, tidak semua anak peserta didik di Yayasan Suryo Sumirat dapat menjadi bagian dari Wayang Bocah. Hanya peserta didik yang memiliki kualitas serta bakat menonjol saja yang ditaris untuk melakonkan berbagai peran dalam Wayang Bocah.

Disinggung soal tujuan pembentukan Wayang Bocah, Joned mengatakan sebenarnya hal itu dilakukan untuk regenerasi saja. Dia beralasan saat ini jarang sekali remaja yang mau mempelajari Wayang Orang. Makanya dipilihlah anak-anak yang masih mudah dibentuk. Kalau kemudian Wayang Bocah diterima oleh masyarakat, itu adalah bonus dari apa yang telah dilakukannya. "Karena tujuan utamanya adalah melestarikan apa yang pernah dan telah ada di masa lalu," imbuhnya.

Soal prestasi, Wayang Bocah telah mengukir banyak pujian. Misalnya, pementasan sendra tari kolosal Romayana pada tahun 2007. Setahun kemudian, Wayang Bocah Suryo Sumirat jadi peserta terbaik Festival Wayang Bocah di Solo. Dan hal itu terulang setahun berikutnya. "Mereka juga menjadi penyaji terbaik lomba tari anak-anak tahun 1999," sambung Joned.

Tak hanya itu, Wayang Bocah juga mendapat kehormatan untuk tampil dalam acara Jumenengan (peringatan) Kenaikan Tahta Mangkoenagoro IX. Padahal, untuk tampil sebagai pengisi acara di acara ini dibutuhkan banyak prasyarat. Yang, pasti, kesempurnaan pertunjukan adalah syarat utamanya. Sebab, para penari harus menari di hadapan Raja Pura Mangkunegaraan dan tamu undangan yang kebanyakan adalah orang-orang penting republik ini.


0 komentar: